Sabtu, 04 Mei 2013

Pengertian Arsitek



Istilah arsitektur mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan kita selalu dinaungi oleh arsitektur, mulai dari tempat tinggal, tempat bekerja bahkan hingga tempat-tempat rekreasi. Namun, apakah kita sudah benar-benar memahami apa itu arsitektur? Benarkah arsitektur itu hanya berbicara tentang bangunan-bangunan indah yang berdiri di sekitar kita? Apakah patung Liberty di Amerika Serikat termasuk dalam kategori arsitektur? Bagaimana dengan menara Eiffel? Atau bahkan candi-candi dari batu yang sudah berdiri sejak ribuan tahun yang lalu? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa jadi bermunculan di dalam benak kita yang memiliki rasa ingin tahu terhadap bidang arsitektur.
Kata arsitektur (architecture) berasal dari bahasa latin architectura, atau dari bahasa Yunani ἀρχιτέκτων – arkhitekton, yang secara etimologis berarti “tukang bangunan/tukang kayu” (ἀρχι-/arkhi berarti “chief” dan τέκτων/tekton berarti “builder, carpenter, mason”). Dalam istilah umum, arsitektur merupakan sebuah proses dan hasil dari perencanaan, perancangan serta konstruksi/pembangunan. Seseorang yang melakukan proses tersebut dapat disebut sebagai seorang arsitek. Berdasarkan definisi yang luas tersebut, istilah arsitek dapat digunakan dalam berbagai macam bidang mulai dari teknologi elektronik sampai dengan olahraga seperti sepak bola dan lain-lain. Pernah mendengar istilah arsitektur chip/circuit dalam sebuah komputer? Atau bahkan seorang manajer sepak bola yang sering disebut sebagai seorang arsitek bagi timnya?
Luasnya konteks arsitektur membuat kita kembali bertanya-tanya mengenai apa saja yang dipelajari oleh seorang murid di sekolah/perguruan tinggi arsitektur. Ilmu arsitektur termasuk salah satu bidang yang cukup unik karena menggabungkan dua aspek fundamental disiplin ilmu ke dalam sebuah profesi, yaitu; seni (art) dan pengetahuan sains (science). Pada dasarnya, ilmu arsitektur digunakan untuk menciptakan sebuah ruang berdasarkan tiga prinsip dasar yang dikemukakan oleh Vitruvius, seorang arsitek penulis buku “De Architectura” pada zaman Romawi kuno. Tiga prinsip tersebut dikenal dengan istilah; Firmitas (kekuatan), Utilitas (fungsi) dan Venustas (keindahan). Ruang yang tercipta (melalui proses konstruksi) itulah yang kemudian diisi dan dipergunakan oleh manusia sebagai tempat bernaung dan/atau melakukan beragam aktivitas. Oleh karena itu arsitektur sering diidentikkan dengan bangunan dan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia.
Aspek seni menjadi salah satu poin penting dalam proses perancangan sebuah karya arsitektur, terutama yang terkait dengan nilai-nilai estetika pada sebuah bangunan. Bangunan yang terlihat indah secara visual , filosofi serta pengalaman ruang akan memiliki daya tarik lebih sehingga meningkatkan nilai dari bangunan itu sendiri. Sementara bangunan-bangunan yang kurang memperhatikan elemen estetika akan terlihat buruk dan dapat menimbulkan impresi atau kesan yang negatif dari para penggunanya. Hal ini sangat mempengaruhi manusia dari segi psikologis secara sadar maupun tidak.  Sebuah karya arsitektur yang baik memiliki dampak positif bagi perasaan si pengguna dan orang-orang yang melihatnya.
Sering kali karya-karya arsitektur digunakan sebagai ikon dari sebuah kota atau negara untuk membangun image/prestis terhadap masyarakat.  Bahkan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan pada suatu peradaban dapat dilihat dari bentuk-bentuk arsitektur seperti apa yang dipergunakan pada zaman tersebut. Aspek sains diimplementasikan dalam proses pembangunan karya-karya arsitektur. Rancangan yang diciptakan oleh seorang arsitek perlu memperhatikan aspek-aspek teknis agar bangunannya dapat berdiri dengan kokoh dan aman.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah material bangunan, jenis-jenis struktur, serta sumber daya yang dibutuhkan. Desain sang arsitek akan menjadi hal yang si-sia jika rancangannya tidak dapat dibangun karena tidak mempertimbangkan kapabilitas teknologi (baik material maupun struktur) yang tersedia pada saat itu. Oleh karenanya, sangat penting bagi seorang arsitek untuk dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip teknis yang sudah ia pelajari.
Selain aspek estetis dan teknis yang berperan sebagai pilar utama dalam bidang arsitektur, seorang arsitek juga perlu mempelajari berbagai macam ilmu di bidang lain yang erat kaitannya terhadap aspek  fungsi. Seorang arsitek bukanlah seorang spesialis seperti dokter, pengacara, pilot, ataupun ilmuwan. Arsitek mempelajari bidang – bidang yang jauh lebih general/umum, karena mereka berhubungan langsung dengan kehidupan manusia, lengkap dengan segala macam bentuk kegiatannya.
Sebagai contoh, seorang arsitek yang akan mendesain sebuah rumah sakit wajib mengetahui seluk beluk mengenai segala macam kegiatan yang akan terjadi di dalamnya. Mulai dari letak resepsionis, ukuran ruang administrasi, sampai dengan berapa banyak jumlah toilet yang harus dibuat di setiap lantai. Bahkan ruang – ruang tertentu memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan penelitian lebih lanjut seperti; standar kebersihan ruang operasi, jalur emergensi/tangga darurat untuk para pasien, serta ruang farmasi sebagai tempat peracikan dan penyimpanan obat. Sang arsitek harus bisa memposisikan diri mereka menjadi seorang dokter, pasien, peracik obat, bahkan petugas kebersihan yang nantinya akan beraktifitas di dalam bangunan rancangannya, tanpa melupakan faktor-faktor estetiks dan teknis pada saat proses konstruksi.
Hal-hal tersebut selalu berlaku untuk setiap bangunan yang akan dirancang oleh seorang arsitek, sehingga profesi arsitek menjadi profesi yang membutuhkan penguasaan ilmu yang sangat kompleks, dengan ruang lingkup yang hampir tidak terbatas.
Beberapa disiplin ilmu yang juga dipelajari oleh para arsitek (dan calon arsitek tentunya) dalam kaitannya dengan arsitektur antara lain:
1. Psikologi
Tata letak ruang, material yang dipergunakan serta keindahan visual sangat erat hubungannya dengan impresi apa yang akan tertanam di dalam alam bawah sadar orang yang menikmatinya. Oleh karena itu seorang arsitek perlu memperhatikan cara kerja otak manusia dalam membentuk suatu persepsi yang diterima lewat indera mereka dan menerapkannya ke dalam bentuk – bentuk desain. Feng Shui merupakan salah satu bidang yang menerapkan prinsip ini.
2. Geografi, Geologi dan Geodesi
Sebuah bangunan yang berdiri di atas permukaan bumi tentu berkaitan erat dengan ilmu – ilmu yang membahas tentang kebumian dan iklim. Hal ini akan berpengaruh pada struktur yang digunakan, budget yang dikeluarkan hingga sumber daya apa saja yang dibutuhkan. Bahkan keadaan tanah serta lokasi bangunan dapat mempengaruhi bentuk seperti apa yang nantinya akan dirancang oleh sang arsitek.
3. Sosiologi
Budaya memiliki pengaruh signifikan terhadap proses perencanaan serta perancangan sebuah karya arsitektur. Hal ini berhubungan dengan selera dan tren yang berkembang dalam suatu kumpulan masyarakat tempat dimana bangunan tersebut akan dibangun. Bangunan yang memperhatikan aspek lokalitas serta menghargai lingkungan sekitar akan bernilai lebih dan mendapat penghargaan khusus dari masyarakat.
4. Filsafat
Sering kali kita tertarik, atau malah bingung ketika melihat bangunan – bangunan tertentu dengan bentuk yang indah dan unik. Seorang arsitek tidak sekedar asal coret ketika menciptakan bentuk – bentuk tersebut. Mereka memiliki filosofi khusus yang membawa ideologi dari sang arsitek itu sendiri. Hal inilah yang membuat arsitektur menjadi unik dan beragam, karena sebuah karya arsitektur sangat mencerminkan siapa arsitek di belakangnya.
Masih banyak sekali poin-poin yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu. Pembahasan singkat di atas hanya merupakan bagian kulit dari ilmu arsitektur yang sesungguhnya. Mungkin akan terlalu panjang dan membosankan jika kita mengupasnya jauh lebih dalam lagi disini, namun beberapa contoh dan penjelasan di atas mungkin cukup untuk mewakili dan dapat memberikan gambaran sedikit lebih jelas mengenai profesi arsitek dan karya-karya ciptaan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar